iklan 336x280
iklan link responsive
Mungkin
sedikit orang yang menyadari bahwa istiqomah dalam ketaatan adalah
salah satu bentuk dakwah, orang-orang memahami bahwa dakwah hanyalah
penyampaian dalam bentuk lisan, tulisan, atau pelajaran. Penulis pernah
mendengar salah seorang da’i menyampaikan sebuah kisah tatkala ia berada
di Amerika. Da’i ini adalah seorang yang berasal dari Arab Saudi.
Tatkala dia ke Amerika dan menjadi pemateri di sebuah pertemuan tak
disangka ada seorang pemateri juga berasal dari Arab Saudi namun sudah
40 tahun tinggal di Amerika.
Tatkala ia melihat da’i ini, ia pun merasa malu dengan penampilan sang da’i yang sesuai dengan latar belakang Arabnya; memkai jubah dan mengenakan gurtah. Lalu ia menegur sang da’i untuk mengganti apa yang ia pakai karena itu terkesan kuno dan terbelakang, beda dengan penampilannya. Sang da’i tidak menanggapi serius perkataannya.
Tulisan itu berisi, “Bismillahirrahmanirrahim.. ketahuilah wahai
Fulanah, jika ada seorang muslim yang bermaksiat kepada-Nya, maka Dia
menutupinya. Jika dia mengulanginya maka Allah tetap menutupinya. Tetapi
jika ia telah memakai pakaian kemaksiatan, maka Allah ‘Azza wa Jalla
murka dengan kemurkaan dimana langit, bumi,
Tatkala ia melihat da’i ini, ia pun merasa malu dengan penampilan sang da’i yang sesuai dengan latar belakang Arabnya; memkai jubah dan mengenakan gurtah. Lalu ia menegur sang da’i untuk mengganti apa yang ia pakai karena itu terkesan kuno dan terbelakang, beda dengan penampilannya. Sang da’i tidak menanggapi serius perkataannya.
Yang mengagetkan adalah saat orang Arab Saudi –Amerika- ini melihat sang da’i menunaikan shalat di sela-sela break
acara. Ia mulai terenyuh dan mengingat kembali siapakah dia ini
sebenarnya. Ketika masjid atau tempat shalat sepi, ia masuk ke dalamnya
dan menunaikan shalat sambil menangis tersedu-sedu. Sehabis shalat sang
da’i menanyakan apa yang terjadi padanya. Ia menjawab sudah 40 tahun ini
aku tidak shalat, dan aku baru teringat akan hal itu ketika melihatmu
menunaikan shalat.
Itulah istiqomah dan itulah dakwah, istiqomah
dalam ketaatan itu bisa menginspirasi pelaku dosa untuk bertaubat dan
berhenti dari perbuatan dosanya.
Sebagaimana kisah berikut ini, seorang pemuda
yang shaleh, menginspirasi seorang wanita yang hidupnya dipenuhi
kelalaian dan jauh dari nila-nilai ketaatan kepada Allah. Berikut
kisahnya…
Dari Ahmad bin Said dari bapaknya, ia berkisah:
Di Kufah terdapat seorang pemuda yang rajin
beribadah. Ia selalu ke masjid, tidak pernah tidak. Ia juga seorang yang
tampan dan baik. Lalu ada seorang gadis cantik dan cerdas jatuh hati
padanya. Selang berapa lama, suatu hari gadis itu berdiri di jalan yang
biasa dilewati pemuda menuju masjid.
Gadis itu berkata (untuk merayunya),
“Dengarkanlah ucapanku, kemudian setelah itu terserah kamu.” Pemuda itu
berlalu tanpa sepatah kata keluar dari mulutnya. Sewaktu pemuda itu
pulang dari masjid, wanita tersebut masih berdiri di tempatnya, dia
berkata, “Wahai fulan, dengarkanlah ucapanku.” Pemuda itu serba salah,
lalu ia pun menjawab, “Ini adalah perbuatan yang bisa mendatangkan
prasangka buruk. Sementara aku tidak menyukai hal itu.”
Gadis itu berkata, “Demi Allah, tidaklah aku
berdiri di sini karena ketidaktahuanku tentang dirimu. Na’udzubillah,
kalau orang-orang melihat seperti itu dariku. Yang membuatku berani
dalam urusan ini adalah pengetahuanku bahwa sedikit dari hal ini menurut
orang-orang adalah banyak, dan kalian para ahli ibadah dalam urusan ini
bisa berubah oleh sesuatu yang remeh. Yang ingin aku katakana kepadamu
adalah anggota tubuhku selalu tertuju padamu. Maka Allah… Allah
pertimbangkanlah urusanku dan urusanmu.”
Maksud gadis ini ia telah lama memperhatikan
sang pemuda oleh karena itu ia katakana tujuannya berdiri di jalan
tersebut karena tahu dan kagum kepada sang pemuda. Ia berani merayu sang
pemuda walaupun orang-orang shaleh seperti pemuda ini menganggap besar
dosa-dosa yang diremehkan orang, namun tidak jarang mereka juga
tergelincir oleh wanita, gadis itu katakana “kalian ahli ibadah bisa
berubah karena urusan yang remeh.”
Pemuda itu pulang dan hendak menunaikah shalat (sunah pen.)
di rumah, namun ia tidak bisa melakukannya karena pikirannya terganggu.
Lalu ia menulis dan keluar dari rumahnya. Ternyata sang wanita masih
berdiri di tempatnya, sang pemuda pun memberikan apa yang ia tulis
kepada wanita tersebut, lalu kembali lagi ke rumah.
iklan 336x280
iklan link responsive
gunung, pohon, dan
hewan-hewan tidak kuasa menanggungnya. Siapa yang kuat menanggung
murka-Nya?
Jika apa yang kamu sebutkan itu suatu
kebatilan, maka aku mengingatkanmu akan suatu hari ketika langit seperti
luluhan perak dan gunung-gunung seperti kapas. Umat manusia berlutut di
hadapan Allah Yang Maha Besar lagi Maha Agung. Demi Allah, aku sendiri
tidak mampu menyelamatkan diriku, lalu bagaimana mungkin aku mampu
menyelamatkan orang lain saat itu? Jika apa yang kamu sebutkan itu benar
(ingin mengobati luka), maka akan kutunjukkan kamu kepada dokter yang
mampu mengobati luka yang perih dan rasa sakit yang pedih, Dia adalah
Allah Rabbul ‘alamin. Kepada-Nya lah kamu harus berlari dengan
permohonan yang benar. Aku sendiri telah sibuk –tak sempat memikirkanmu-
karena firman Allah
“Berilah mereka peringatan dengan hari yang
dekat (hari kiamat) ketika hati menyesak sampai di kerongkongan dengan
menahan kesedihan. Orang-orang zalim tidak menyukai teman setia seorang
pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima
syafaatnya. Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang
disembunyikan oleh hati. Dan Allah menghukum dengan keadilan. Dan
sembahan-semabahan yang mereka sembah selain Allah tiada dapat menghukum
dengan sesuatu apa pun. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” (QS. Al-Mukmin: 18-20). Adakah tempat berlari dari ayat ini?
Beberapa hari kemudian gadis itu kembali
berdiri di jalan yang dilewati pemuda itu. Tatkala si pemuda itu
melihatnya dari jauh, ia pun hendak kembali supaya tidak melihatnya.
Tetapi gadis itu berkata, “Wahai pemuda, jangan kembali. Karena tidak
ada pertemuan setelah ini, kecuali di hadapan Allah ‘Azza wa Jalla.”
Lalu dia menangis dengan keras. Gadis itu berkata, “Aku memohon kepada
Allah dimana kunci hatimu berada di tangan-Nya agar memudahkan urusanmu
yang sulit.” Kemudian gadis itu mengikutinya dan berkata, “Bermurah
hatilah kepadaku dengan nasihat yang bisa aku bawa. Berikanlah wasiat
kepadaku yang bisa aku kerjakan.”
Pemuda itu berkata, “Bertakwalah kepada Allah,
jagalah dirimu, ingatlah firman Allah, ‘Dan Dia-lah yang menidurkanmu di
malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari’
(QS. Al-An’am: 60). Gadis itu tertunduk, dia menangis lebih keras dari
tangisannya yang pertama. Setelah itu dia tidak keluar rumah, dia
bersungguh-sungguh beribadah. Dia tetap seperti itu hingga meninggal
dalam kesedihan, menyesali dosa-dosanya selama ini. Di kemudian hari,
pemuda itu teringat akan sang gadis, ia pun bersedih karena kasihan
kepadanya.
Menurut penilaian kita, wanita itu tidak meraih
apa-apa dari orang yang dicintainya, tetapi dia meraih sesuatu yang
lebih utama dari dunia dan seisinya, ia menemukan jalan yang baik dan
amal yang shaleh. Karenanya Allah memberi wanita tersebut taufik untuk
bertaubat dan memudahkannya untuk beribadah. Semoga di akhirat dia
meraih apa yang diinginkannya dan berkumpul dengan orang yang
dicintainya.
Sumber: Ensiklopedi Kisah Generasi Salaf
iklan 336x280
iklan link responsive
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Menjadi Wanita Shalehah Karena Nasihat Seorang Pemuda
4/
5
Oleh
admin